fbpx
Kamis, April 25, 2024
Panggung TeaterULASAN

Kahanan: Pertunjukan Inspiratif Penyandang Achondroplasia

Indar Sabri.  

“Nek pancen wong-wong dha raisa nampa kahananku sing kaya ngene iki, Aku ora rabi ya rapapa pak!”

 

Rabu, 6 November 2019 pukul 19.30 WIB, gedung pertunjukan Societet, Taman Budaya Yogykarta ramai di kunjungi penonton. Unique Project yang digawangi oleh Nanik Indarti,S.Sn menggelar pertunjukan teater berjudul KAHANAN. Cerita Kahanan adalah kisah peristiwa buruk bagi penyandang achondroplasia yang berulang kali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini adalah puncak peristiwa jeritan hati mereka tentang keinginan dan cita-cita yang tak mudah bisa diraih karena persoalan tubuh yang selalu menjadi permasalahan. Karya ini merupakan kritik sagi siapa saja khususnya bagi para orang tua dalam mendidik anak-anaknya sejak dini, karena pendidikan utama berasal dari keluarga, jika saja keberagaman dan perbedaan bentuk fisik seseorang tidak selalu diukur dengan ukuran tertentu, dan bisa menyikapinya dengan positif, maka keindahan hidup antar manusia akan tercipta. Peran orangtua menjadi kunci dalam mendidik anak-anaknya sejak dini untuk mengajarkan keragaman dan perbedaan dalam kehidupan.

pertunjukan "Kahanan"
Salah satu adegan dalam “Kahanan”. Foto: Indar Sabri

Cerita ini dikemas dalam bentuk pertunjukan teater berbahasa jawa. Mengangkat isu-isu disabilitas penyandang achondraplasia (tubuh mini) yang mengalami problematika. Problem tersebut meliputi berbagai problem sosial, misalnya pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan juga gender dari berbagai daerah di Indonesia. Pertunjukan ini merupakan karya kedua yang terinspirasi dari sebuah buku gagasan Nanik Indarti yang diberi judul Aku Perempuan Unik. Launcing buku tersebut bersamaan dengan pementasan berjudul Sepatu yang Sama, Kisah Jiwa dan Angka  pada tahun 2018 bersama para penyandang achondraplasia. Buku Aku Perempuan Unik berisikan catatan inspiratif tujuh perempuan bertubuh mini penyandang achondraplasia dengan berbagai cerita dan bermacam profesi seperti Guru, Dosen, Penari, Ibu rumah tangga, dan pelaku seni. Buku ini diharapkan mampu memberikan motivasi bagi para tubuh mini seluruh Indonesia untuk bangkit.

BACA JUGA:  Realitas versus Panggung: Ulasan Pertunjukan "Para Pensiunan 2049"
image005 | Kahanan: Pertunjukan Inspiratif Penyandang Achondroplasia
Poster Kahanan

RR.Sri Wahyu Agata Listiana Saleh,S.Sn atau yang lebih dikenal dengan panggilan Dhasy SWAS merupakan penulis naskah dan sutradara dari pertunjukan Kahanan ini mengatakan bahwa cerita ini dibuat dari kisah inspiratif yang dibacanya dalam buku Aku Perempuan Unik serta diskusi dengan teman-teman Unique Project, kesungguhan dan daya juang teman-teman Unique Project penyandang achondraplasia (tubuh mini) dalam menjalani hidup mereka dan memperjuangkan kesetaraan dari segala bidang. Dhasy SWAS merupakan lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Teater dengan bidang keahlian Penulisan Naskah ini tidak bisa mengungkapan rasa bahagianya dapat berbagi dengan teman-teman Unique Project ungkapan dari nya untuk teman-teman penyandang achondraplasia  “Terimakasih memberikannya kesempatan untuk ‘membersamai’ dan berkarya bersama”.

Pendapat yang menginspirasi juga penulis dapatkan ketika ada kesempatan untuk berdialog dengan seorang pemain kahanan yang bernama Reuninta, S.Sn atau yang akrap dipanggil Ninit Ungu, semangat untuk bangkit dan setara serta menunjukaan segala hal yang telah diperbuat oleh para penyandang achondraplasia (tubuh mini) dalam berbagai bidang di kehidupan bermasyarakat perlu juga untuk dipublish dan dimunculkan, seolah pesan tersebut diberikan kepada Dhasy SWAS sebagai penulis naskah Kahanan. Secara tersirat pesan tersebut disampaikan oleh Ninit Ungu untuk project pertunjukan berikutnya. Keberhasilan para penyandang achondraplasia (tubuh mini) di Indonesia sudah banyak sekali, hal tersebut perlu dituangkan dalam sebuah cerita pertunjukan sebagai inspirasi yang berbeda bagi masyarakat Indonesia agar cara pandang mereka terhadap penyandang achondraplasia (tubuh mini) dapat berubah. Kesan bahwa penyandang achondraplasia (tubuh mini) perlu “dikasihani” tidak boleh lagi muncul, hal ini dapat dilihat dari berbagai profesi teman-teman yang tergabung dalam Unique Project penyandang achondraplasia (tubuh mini) seperti Dosen, Guru, seniman, peneliti dan memiliki pendidikan tinggi merupakan sebuah keseteraan yang telah dicapai dan wajib utuk di ungkap pula kata ninit.

BACA JUGA:  Tukang Obat dalam Bingkai Gawai : Catatan dari Monolog Tukang Obat oleh Kahfi Nur Asror.
image007 | Kahanan: Pertunjukan Inspiratif Penyandang Achondroplasia
Ninit Ungu, Dhasy SWAS (Penulis dan Sutradara) dan saya (Indar Sabri)

Pertunjukan Kahanan malam itu didukung oleh Nanik Indarti,S.Sn (Pimpro), Dhasy Swas (penulis naskah dan sutradara), Bayu Bening dan Nunung Deni P (astrada), Bondan Nusantara (supervisor), Aisah, Dodi Soetedjo, Doddy Micro, Didik Saputro, Joanna Dyah, Ninit Ungu, Markey, Mathory, Rina Wijayanti, Vely Hilda, Nanik Indarti, Banyu Bening, Nunung Deni (pemain), Julian Meru M, Hera Ragil T, Suksmo Jati KD, Pularso Dorojati (pemusik), Hariyanto (peneta tembang), Anabell, Aztri, Pavio (make up), Bintiwa, Reylinda (kostum), Jejak, Atus, Dimas, Surya, Suara Pemuda Jogja (multimedia dan dokumentasi), Agung Plentung (stage manager), Arif Hanung (desain publikasi), Ibnu Sohib (penata lampu), Zulfian, Arif (penata artistik), Rina, Nanik (media partner), Silfi, Irna, Ciki (Among tamu) dan Fauziah (usher).

Terlihat juga beberapa seniman Yogyakarta yang turut hadir serta mendukung acara pertunjukan malam itu seperti : Djaduk Ferianto, Jemek Supardi, Broto Wijayanto, serta Naoki Nagai (pantomimer asal Jepang). Semoga teman-teman Unique Project penyandang achondraplasia (tubuh mini) dapat terus berkarya untuk menyampaikan segala aspirasinya serta segala pihak baik pemerintah daerah, funding, perusahaan swasta dan seluruh masyarakat dapat membantu dan mendukung program pertunjukan teman-teman Unique Project penyandang achondraplasia (tubuh mini) berikutnya.

image009 | Kahanan: Pertunjukan Inspiratif Penyandang Achondroplasia
Jemek Supardi (paling kiri) dan Djaduk Ferianto (kais biru) hadir menonton “Kahanan”
Indar Sabri

Indar Sabri

Indar Sabri, adalah alumni Jurusan Teater ISI Yogyakarta dan pascasarjana Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang. Berkesenian dengan memimpin komunitas Pantomim Studio Surabaya dan menjabat Ketua Bidang Program di Dewan Kesenian Surabaya 2014-2019. Selain bekerja sebagai pembina teater di Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Surabaya, Indar Sabri juga sedang menyelesaikan studi doktoral Pendidikan Seni di Universitas Negeri Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *