Kamis, November 14, 2024
BERITA

Kepermaian Pantomim Jemek Supardi Lewat Tubuh Septian

[Putriyana Yoseva]. Maestro pantomime Indonesia, Septian Dwi Cahyo Studio kembali menghibur penonton dengan penampilannya yang tidak biasa pada malam puncak acara Jogjakarta Pantomim Mimori 2022. Septian Dwi Cahyo kembali menunjukkan aksinya di gedung Societet di Taman Budaya Yogyakarta, pertunjukan yang epik dan menguras emosi penonton.

Sebelum memulai pertunjukannya pada malam 23 Oktober 2022, yang berlangsung sekitar pukul 21.30 seorang seniman pantomimer Septian Dwi Cahyo, namanya yang telah akrab di kalangan pantomimer Indonesia sempat bercerita, Ia pernah berkunjung ke rumah Pak Jemek Supardi, bapak pantomim Indonesia. Ia mengutarakan bahwa dirinya dengan sang almarhum ingin membuat pertunjukan tunggal kolaborasi. Pada saat itu, tanggapan yang diberikan almarhum tampak senang dan mau, walaupun saat itu nafasnya yang terengah-engah. Namun belum sempat mewujudkan cita-cita tersebut, almarhum Jemek Supardi telah terpulang dan hanya meninggalkan karya-karyanya yang masih abadi. Berdasarkan keinginan itulah, Septian berharap dapat mewujudkan keinginan mereka yang belum tersampaikan. Septian menciptakan karyanya tersebut dengan harapan dapat mewujudkan cita-citanya tersebut tepat pada peringatan 100 hari meninggalnya Jemek Supardi.

SDC 6 | Kepermaian Pantomim Jemek Supardi Lewat Tubuh Septian
Septian Dwi Cahyo (pakaian putih) bersama 3 penonton yang diajak naik ke panggung. Sumber : instagram @mimori.ind

Suatu konsep pertunjukan tidak biasa dari Septian Dwi Cahyo Studio (SDC Studio). Awal pertunjukan dibuka dengan memasukkan bingkai berisi foto almarhum Jemek Supardi, di sana Septian berdiri tepat di samping foto tersebut. Septian memberikan salam terlebih dahulu seakan dari foto tersebut memperlihatkan almarhum Jemek Supardi yang sedang berdiri tepat di sebelahnya. Penonton melihat pertunjukan pantomim tanpa kata pun dimulai. Terlihat jelas Septian hanya menggunakan gerakan tangan dan tubuhnya untuk berbincang dengan penonton. Septian lalu meminta kepada penonton untuk membantunya melakukan aksinya tersebut. Penonton kemudian dipilih secara acak hingga terpilihlah tiga orang. Setelah naik ke atas panggung, masing-masing diminta untuk mencontoh gerakan yang dibuat olehnya. Keterbatasan dialog dengan penonton itulah yang membuat Septian sempat merasa kesulitan. Belum lagi salah satu dari ketiga penonton itu yang dengan sengaja tidak menirukan gerakan yang telah dicontohkan olehnya dan malah membuat gerakan-gerakan lain. Namun, di situlah para penonton merasa terhibur, karena ketidakselarasan antara sang pantomimer dengan penonton tersebut. Beberapa kali Septian meminta dari ketiga penonton tersebut untuk menirukan gerakannya, dengan bahasa tubuh menunjukkan kelelahan karena salah satu dari ketiga penonton dengan sengaja mengundang Septian agar berbicara dengan mereka. Hingga akhirnya Septian pun berhasil menjadikan kolaborasinya dengan penonton yang sebelumnya dipilih secara acak. Para penonton kemudian memberikan apresiasi luar biasa atas pertunjukan tersebut dengan tepuk tangan yang meriah.

BACA JUGA:  Menaiki Odong-odong dan Sebuah Upaya Mencatat Pertunjukan Jedag Jedug Method dari Karangdunyo

Belum selesai pertunjukan tersebut, kemudian Septian Dwi Cahyo turun ke bawah panggung dan berjalan di antara penonton. Ia mendekati salah satu penonton dan mempersilahkan penonton tersebut untuk segera naik ke atas panggung. Penonton yang dipilih oleh Septian tersebut adalah anak dari almarhum Jemek Supardi sendiri yang bernama Kinanti Sekar, seorang koreografer. Nama Kinanti Sekar telah dikenal baik oleh para seniman Yogyakarta, yang biasa dipanggil dengan sebutan Sekar. Sekar kemudian diminta untuk naik ke atas panggung, semua penonton langsung ikut memberikan tepuk tangan yang meriah. Septian Dwi Cahyo lalu mempersilahkan Sekar untuk berdiri bersama ketiga penonton yang sebelumnya. Sang pantomimer tersebut lalu menunjukkan suatu gerakan tarian daerah Jawa kemudian memberikan jempol kepada Sekar yang artinya bahwa Sekar memanglah seorang penari yang keren menurutnya.

SDC7 | Kepermaian Pantomim Jemek Supardi Lewat Tubuh Septian
Kinanti Sekar, (baju merah) putri pak Jemek. sumber: Instagram @mimori.ind

Sama seperti sebelumnya, Septian Dwicahyo meminta Sekar untuk menirukan gerakan darinya, dan dengan cepat ia dapat menirukan gerakan tersebut, alhasil panggung kembali riuh dengan tepuk tangan dari penonton tanpa terkecuali tepuk tangan oleh seorang pantomimer tersebut. Setelah keempat orang tersebut diberikan gerakan yang berbeda, Septian kembali menunjukkan hasil kolaborasi dengan keempat orang tersebut, dan diakhir bersama-sama memberikan salam hormat kepenonton.

Selanjutnya pertunjukan itupun masih terus berlangsung. Lampu panggung semakin redup menandakan pertunjukan yang sesungguhnya baru dimulai. Suasana panggung berbeda dari sebelumnya. Septian mendekati foto almarhum dan kembali memberikan salam hormatnya. Sebelum memulai, Septian lalu mengambil mic dan kembali berbicara kepada penonton.

“Seni pantomime, seni bercerita, tentang pesan, emosi dan tentang perasaan. Tanpa kata.” Ucapnya diakhir sebelum memulai penampilannya.

Perlahan musik mengalun, Septian menunjukkan aksi pantomim mengikuti alunan lagu yang diputar. Lagu yang diputar berjudul “Andaikan Kau Datang Kembali” ciptaan Tonny Koeswoyo. Penampilan yang dibawakan oleh Septian Dwi Cahyo bergerak mengikuti lagu yang sedang berlangsung. Penampilannya itu mengingatkan kembali pada kenangan-kenangan bersama almarhum Jemek Supardi. Sampai pada bait terakhir dalam lagu, Septian mengolaborasikan gerakan yang sebelumnya bersama dengan keempat penonton sebelumnya.

BACA JUGA:  Menonton Latihan Tadashi Suzuki dan SCOT

Hingga di bait kedua lagu tersebut, Septian kembali menunjukkan aksinya yang lain, saat dirinya seolah berubah menjadi sesosok bapak pantomime Indonesia, yaitu Jemek Supardi. Sampai di akhir pertunjukannya Septian yang masih menjadi sosok Jemek Supardi, melakukan kolaborasi gerakan dengan keempat aktor sebelumnya. Saat inilah tangis para penonton pecah dengan suasana haru dan duka yang terbangun melalui pertunjukan sederhana namun juga menjadi suatu pertunjukan yang indah karena tepuk tangan penonton yang tidak henti-hentinya pada setiap aksi yang dipertunjukan oleh Septian Dwi Cahyo.

Iringan musik dan lagu yang seolah menghadirkan kembali sesosok Jemek Supardi dalam tubuh Septian Dwi Cahyo, menguras air mata para penonton. Hal yang sama dirasakan oleh anaknya almarhum Jemek Supardi, yaitu Sekar yang ketika masih berada di atas panggung, tampak begitu jelas dari ekspresinya menahan air matanya karena kembali diingatkan oleh sesosok ayah dalam tubuh Septian. Septian berhasil menirukan gerakan sama seperti almarhum ayahnya. Akhir pertunjukan Septian Dwi Cahyo bersama komunitasnya bersama-sama masuk ke dalam panggung bermain pantomim bersama. Sampai di akhir pertunjukan Septian Dwi Cahyo tetap menjadi sosok Jemek Supardi dan seluruh pemain ikut memberikan salam hormat kepada seluruh penonton yang hadir hingga pertunjukan pada malam hari itu diakhiri dengan tepuk tangan penonton yang meriah dari seluruh penonton.

BACA JUGA:  Joko adalah (bukan) saya : Catatan sebelum pertunjukan Ngono ya Ngono
Putriyana Yoseva Situmorang
Latest posts by Putriyana Yoseva Situmorang (see all)

Putriyana Yoseva Situmorang

Putriyana Yoseva Situmorang atau biasa dipanggil Anna, hobi menulis, membaca dan menonton film. Lahir di kota Duri, Riau pada tanggal 06 Januari 2000, keturunan suku Batak. Ibu bernama Rosdiana Sihotang dan ayah bernama Guslan Situmorang dan memiliki enam saudara yang terdiri dari 3 kakak perempuan, 2 kakak laki-laki dan 1 adik laki-laki. Pendidikan terakhir S1 Jurusan Teater, di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Saat ini bekerja sebagai freelance dibidang event organizer di Yogyakarta dan masih menekuni dunia kesenian hingga saat ini.