A Story of Wounds : Catatan Kru Panggung
“Blackout!” sang director memberi kode pergantian adegan. Para aktor segera berlari keluar dari panggung. Sementara kami, para kru panggung, bergegas memasuki panggung. Mengeluarkan perlengkapan melukis seperti cat minyak, kuas, palet, dan gesso dari dalam kardus. Memindahkan easel beserta sebuah lukisan pohon kelapa ke sisi kiri panggung. Meletakkan stool pendek di dekat easel. Mengangkat dan memindahkan sofa dari sisi kiri belakang ke tengah belakang. Semuanya dilakukan dengan cekatan namun hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik. Ketika adegan berikutnya dimulai, voila! Setting panggung yang awalnya menggambarkan dua ruangan berbeda, kini telah berubah menjadi sebuah studio lukis sang pemeran utama.
Itulah sepenggal cerita dari latihan pementasan teater berjudul A Story of Wounds yang digelar oleh Petra Little Theatre. Latihan ini merupakan langkah kami dalam mempersiapkan first touring production yang akan kami jalani di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta! Ya, untuk pertama kalinya kami akan tampil di luar Surabaya.
Pertunjukan kali ini merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan yang besar bagi kami. Sebuah kebanggaan karena kami bisa memperkenalkan Petra Little Theatre dan membawa pesan-pesan dari pertunjukan kami kepada khalayak yang lebih luas. Suatu tantangan pula bagi kami karena ukuran panggungnya lebih luas tiga kali lipat dibandingkan luas panggung yang biasa kami pakai. Butuh tenaga ekstra bagi aktor untuk menguasai panggung dan bagi kru untuk mengubah set panggung dalam tempo yang biasa digunakan atau bahkan lebih cepat lagi. Namun tantangan ini kami lihat sebagai sumber pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi semua yang terlibat dalam pementasan ini.
A Story of Wounds adalah sebuah pementasan drama dengan musik, menceritakan kehidupan seorang pelukis wanita bernama Nina Purwa. Harapan akan kehidupan yang lebih baik bersama sebuah keluarga terpandang, tiba-tiba saja sirna. Berganti dengan kisah-kisah kelam di balik luka-luka yang diperolehnya, baik secara fisik maupun psikis.
Pementasan di Yogyakarta merupakan pementasan yang ketiga. Pementasan pertama diselenggarakan pada tanggal 21-24 November 2018. Pementasan ini berhasil mencetak 4 hari full house dengan total penonton sekitar 250 lebih. Pementasan kedua baru saja dilaksanakan bulan lalu, yaitu pada tanggal 23 Februari 2019, dalam rangka fundraising show. 120 orang lebih turut datang menonton sebagai dukungan atas pementasan kami selanjutnya.
“A Story of Wounds” akan hadir di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 17.00-19.00 WIB.
- A Story of Wounds : Catatan Kru Panggung - 20 Maret 2019