fbpx
Sabtu, April 27, 2024
PELUANGWORKSHOP | SEMINAR | DISKUSI

SERI ONLINE TALK OzASIA FESTIVAL 2020

OzAsia Festival adalah salah satu festival seni kontemporer penting di kawasan Asia dan Australia. Diselenggarakan oleh Adelaide Festival Centre, di kota Adelaide, Australia Selatan. Tahun lalu, festival ini telah menarik kurang lebih 200.000 pengunjung baik dari event-event bertiket maupun yang gratis. Pada 2019, festival ini menjalankan sekitar 60 mata acara-termasuk 5 pertunjukan premier dunia dan 22 premier Australia-menghadirkan 850 seniman dari 20 negara lebih.

Bagaimana di 2020? Situasi pandemi yang melanda dunia, telah mengubah cara-cara manusia saling berinteraksi. Demikian pula berbagai kegiatan seni seperti OzAsia Festival. Kali ini, di bawah kendali Direktur Artistik yang baru, Annete Shun Wah, OzAsia akan digelar dalam format online dengan fokus utama pada program OzAsia Talks, yaitu serangkaian diskusi panel yang digelar online. Meski format online adalah sebuah “plan B” yang diupayakan mengatasi keterbatasan situasi, tetapi justru format ini memiliki kelebihan, yaitu area jangkauan yang luas. Itulah sebabnya, OzAsia merasa ini adalah peluang untuk secara yakin menyasar audiens tidak hanya Australia tetapi seluruh penjuru dunia.

Mulai 20 Oktober hingga 3 NOvember 2020, Seri inovasi online ini akan terdiri dari beberapa diskusi panel, bincang seniman dan pertunjukan puisi. Annette Shun Wah menyampaikan, “Di tahun dimana banyak kejadian yang mengubah cara-cara individu dan komunitas saling berinteraksi, hubungan kultural Australia dan Asia justru semakin penting. Seni memegang peran penting dalam memperdalam persentuhan ini, tetapi pandemi telah pula jauh memberi dampak baik pada praktik maupun pemikiran artistik. OzAsia Talk adalah salah satu peluang untuk berbagi penglaman dan gagasan baru dari para seniman dan tokoh-tokoh seni budaya di wilayah kita.”

Program ini akan diluncurkan pada 20 Oktober 2020 dengan live streaming untuk audience undangan di Her Majesty’s Theatre, Adelaide, di mana Shun Wah akan bergabung di podium bersama Direktur Art Galery of South Australia Rana Devenport ONZM dan para panelis internasional melalui video conference. OzAsia Talks (Live) akan isiarkan di Facebook atas dukungan hibah dari Multikultural Affairs, Departement of Premiere and Cabinet. Ini juga meliputi introduksi khusus oleh Pelindung OzAsia Festival dan Gubernur Australia Selatan, Yang Mulia Hieu Van Le AC. Festival Online ini akan ditutup dengan Drop The MIc-pembacaan puisi yang dikurasi oleh tim balik layar Jaipur Literature Festival, yang biasanya digelar sebagai satellite event JLF Adelaide at OzAsia Festival. Daftar penampil puisi termasuk Jasmin Kaur, Gina Williams dan Manal Younus.

Bagi penonton kalangan keluarga yang mana kebanyakan adalah penggemar event terpopuler OzAsia Festival yaitu Moon Lantern Parade, akan dibuka serangkaian workshop online pembuatan lampion mulai 23 Oktober. Workshop ini juga melibatkan tenaga-tenaga pendidikan atas dukungan the Confucius Institute di University of Adelaide.

Kegiatan di OzAsia Festival 2020 lainnya adalah Workshop tari India bersama Mudra Dance Academy khusus untuk pelajar lokal Adelaide yang ditangani oleh CentrED Program dari Adelaide Festival Centre. Workshop ini terselenggara atas upaya Adelaide Festival Centre Foundation dan dukungan penuh dari James and Diana Ramsay Foundation.

OzAsia Talks bisa disimak di halaman facebook   www.facebook.com/ozasiafestival atau di website https://www.ozasiafestival.com.au dimana daftar kegiatan keseluruhan juga dapat disimak.

 

JADWAL ONLINE TALKS

 

OZASIA TALK (LIVE)

Disiarkan di facebook 20 Oktober 2020, 14.30 WIB

Bagaimana interaksi kultural antara Australia dan Asia berubah sejak pandemi dan bagaimana para seniman meresponnya. Dipandu oleh Direktur Artistik ozAsia Festival Annette Shun Wah, paparan oleh para tokoh budaya dari Jakarta, Hongkong, Adelaide dan Sydney. Disiarkan langsung dari Her Majesty’s Theatre.

BACA JUGA:  Audisi Penari untuk DRAGONS karya Eun Me Ahn 2020

Panelis:

SADIAH BOONSTRA (INDONESIA)

Dr. Sadiah Boonstra adalah peneliti Asia di Melbourne University dan kurator independen di Jakarta. Peneliti informasi dan orientasi audiens, ia mengkombinasi keahlian akademik dengan pengalaman lapangan dalam kuratorial, keproduseran dan keterlibatan publik untuk praktik kultural yang luas. Sadiah bekerja dengan perupa kontemporer maupun seniman pertunjukan untuk menguji diskursus dominan dan representasi dari seniman dan karyanya pada panggung-panggung kontemporer, museum maupun galeri.

RHANA DAVENPORT ONZM (New Zealand / South Australia)

Rhana Devenport ONZM adalah direktur Art Gallery of South Australia dan mantan direktur Auckland Art Gallery Toi O Tamaki (2013-2018) dan Govett-Brewster Art Gallery / Len Lye Centre (2006-2013), keduanya ada di Aotearoa, New Zealand. Rana merupakan seroang kurator, penulis dan produser budaya yang karirnya telah melanglang berbagai museum, biennale dan festival seni. Minat kuratorialnya termasuk seni kontemporer Asia dan Pasifik, Media berbasis waktu dan Praktik sosial.

KEE HONG LOW (HONG KONG)

Kee Hong Low adalah direktur program di West Kowloon Cultural District Authority, Hong Kong. Ia juga adalah mantan direktur artistik dan general manager Singapore Arts Festival, serta mantan direktur dan pendiri Singapore Biennale. Sebagai akademisi, Kee Hong memiliki ketertarikan penelitian pada kebijakan kebudayaan, perencanaan urban dan arsitektur, performance studies, bahasa-bahasa daerah budaya kontemporer serta seni rupa Asia Tenggara.

Acara ini didukung oleh hibah dari Multicultural Affairs, Department of Premier and Cabinet Australia.

OzAsia Talks Live
Kiri-kanan: Annete Shun Wah, Rana Devenport ONZM, Sadiah Boonstra, Kee Hong Low

 

BINCANG BERSAMA ONG KENG SEN

Disiarkan di Facebook pada 22 Oktober 2020, jam 07.30 WIB

Sutradara kenamaan dunia, Ong Keng Sen adalah pendiri dari kompeni pertunjukan bernama Theatreworks di Singapura yang kini lebih dikenal dengan T:>Works, di mana dia baru saja kembali menjabat sebagai direktur artistik. Ia sangat diingat atas karyanya Desdemona yang dipanggungkan di Adelaide Festival pada tahun 2000. Dalam Perbincangan nanti Keng Sen akan bergabung bersama Annette dari Berlin dan membincangkan karya-karya lalu dan karya ke depannya, juga soal  bagaimana pandemi ini telah mendorong perubahan besar tentang bagaimana dan mengapa sebuah karya seni dibuat.

Ong Keng Sen (Singapura)

Dr. Ong Keng Sen adalah direktur artistik T:>Works dan 72-13 Artspace di Singapura. Di samping membuat karya-karya terkenal, Keng Sen juga adalah pendiri Arts Networks Asia, sebuah organisasi partner hibah mikro, dan Internatonal Curators Academy yang fokus pada sinergisitas antara konteks dan kuratorial. Keng Sen adalah direktur dan pendiri Singapore International Festival of Arts (SIFA) dan menduduki kursi direktur selama empat kali (2014-2017). Ia adalah seorang penerima beasiswa Fullbright dan peraih penghargaan prestisius Fukuoka Asian Arts and Culture Prize pada 2010 untuk karya ciptanya di ranah pertunjukan kontemporer Asia.

Conversation with Ong Keng Sen
Annette Shun Wah, Ong Keng Sen

 

WORKSHOP ONLINE MEMBUAT LAMPION

Disiarkan di Facebook pada 23 Oktober, jam 07.30 WIB

Bergabunglah dari rumah atau kelas untuk workshop digital pembuatan lampion bersama seniman Paula Gallagher. Moon Lantern Parade, adalah salah satu acara satelit, bagian dari OzAsia Festival yang memiliki sejarah penting. Mulanya adalah salah satu acara dalam Mid-Autumn Festival. Setiap tahun, puluhan ribu orang berkumpul bersama dalam perayaan sehari penuh yang menjadi puncak parade lampion terbesar di Australia. Kini, siapapun dapat belajar bagaimana membuat lampion sendiri, merancang, membuat dan menghias lampion sendiri dengan bantuan online video dan beberapa sumber yang bisa didiownload.

BACA JUGA:  Rhizoma: Men-softcore-kan Apa yang Tabu

Kegiatan ini didukung oleh The Confucius Institute dan University of Adelaide.

Digital Workshop Lantern Making

 

NO (UNDER)STANDING ANYTIME

Disiarkan di Facebook, 27 Oktober 2020 jam 07.30 WIB

Komunikasi adalah kunci dalam sebuah keterhubungan, namun keterlibatan lintas-budaya sering dipenuhi dengan kondisi “lost in translation”. Dipandu oleh Direktur Artistik OzAsia, Annette Shun Wah, tiga panelis dari lintas budaya, bahasa dan zona waktu akan tersambung dalam diskusi tentang miskomunikasi, kebebasan berekspresi dan penyensoran.

PANELLIS:

PROFESSOR JING HAN

Prof. Jing Han adalah direktur Australia-China Institute for Arts and Culture at Western Sydney University dan seorang pakar dalam penerjemahan dan komunikasi interkultural. Sejak bergabung dengan SBS TV Australia 1996, Jing Han telah memimpin departemen penerjemahan, dan menerjemahkan lebih dari 300 film Tiongkok dan kini memimpin tim penerjemahan untuk sebuah acara TV dari Tiongkok, If You Are The One, yang secara mengejutkan telah memecahkan rekor sebagai serial TV Non Bahasa Inggris terpanjang dalam sejarah pertelevisian Australia.

ANCHULI FELICIA KING

Anchuli Felicia King adalah seorang Thai-Australian yang dikenal sebagai penulis naskah film dan teater. Debutnya pada 2019 telah memunculkan 3 karya dramanya White Pearl, Golden Shield dan Slaughterhouse dipanggungkan di berbagai teater utama dunia. Karya berjudul Keene mendapat penghargaan the Shakespeare’s New Contemporaries Award dari The American Shakespeare Centre dan naskah tersebut akan diproduksi di teater tradisional Shakespeare pada 2020. Saat ini Felicia adalah penerima Patrick White Fellow di Sydney Theatre Company dan Melbourne Theatre Company.

JO KUKATHAS

Jo Kukathas adalan seorang aktor, penulis, sutradara dan aktivis yang sering berpindah basis kerja dari Malaysia, Australia, Hong Kong, India dan Inggris Raya. Jo adalah direktur artistik dan pendiri The Instant Cafe Theatre Company, sebuah tempat pelatihan untuk generasi muda seni di Malaysia. Karya-karya ICT kebanyakan bersifat sangat politik dan sering kali bernuansa pembangkangan. Karya-karyanya dalam bidang teater telah membawanya berkeliling dunia. Ia sudah berpentas, menyutradarai ataupun mengajar di berbagai negara seperti Singapura, Jepang, Brasil, Australia, Amerika Serikat, Indonesia, Korea, India, Taiwan, Tiongkok dan Filipina.

ozasia talks no under standing 2000x640 1 | SERI ONLINE TALK OzASIA FESTIVAL 2020
kiri – kanan: Anchuli Felicia, Jing Han, Jo Kukathas

 

BINCANG BERSAMA S. SHAKTHIDHARAN

Disiarkan di Facebook pada 29 Oktober 2020, jam 07.30 WIB

Pada 2019, sebuah drama karya seorang dari Sydney Barat keturunan Srilanka dan Tamil memenangkan 7 penghargaan Helpmann Award, Best Mainstage Production di Sydney Theatre Awards, the Victorian Premier’s Prize for Drama, dan the Victorian Prize for Literature. Karya epik ini adalah buah pikiran S. Shakthidharan, yang besok akan bergabung bersama Annette Shun Wah dalam perbincangan mengeksplor luas lingkup karya kontemporer Asia Australia, dan perlindungan, satu tema yang terus-menerus mendukung keterlibatan budaya Australia-Asia.

S. SHAKTHIDHARAN

Shakthidharan adalah rekan pendiri dan direktur arstistik Kurinji, pimpinan artistik di Co-Curious dan anggota di Belvoir. Ia adalah penulis, sutradara dan produser baik film maupun teater, sekaligus juga seorang komposer dan musisi. Sebagai penulis, drama debutnya adalah Counting and Cracking. Shakthi saat ini memiliki banyak karya yang sedang digarap di Belvoir dan penggarapan film bersama Felix Media. Sebagai co-writer, sutradara dan produser, karya sinema terbarunya adalah Laka, sebuah film multi platform, isntalasi audio visual dan proyek VR (virtual reality) yang tengah berkeliling berbagai pusat seni kontemorer dan festival-festival di dunia.

BACA JUGA:  Srawung Tanpa Simbah
ozasia talks conversation sshakthidharan 2000x640 1 | SERI ONLINE TALK OzASIA FESTIVAL 2020
Annette Shun Wah dan S Shakthidharan

 

JLF Adelaide DROP THE MIC

Disiarkan di Facebook, 3 November 2020, jam 07.30 WIB

Dipersembahkan oleh OzAsia Festival dan diproduksi oleh Teamwork Arts

Menggelontorkan pertanyaan tentang politik, agama, cinta dan identitas melalui kata-kata, penyair telah menjadi pendongeng dan komentator yang hebat. Empat tokoh ini, Amit Majmudar, Gina Williams, Manal Younus dan Jasmin Kaur akan bersama-sama berbincang tentang intensitas dan passion dalam kepenyariran di sesi ini.

PANELIS

AMIT MAJMUDAR

Amit Majmudar adalah seorang novelis, penyair, penerjemah, esais dan sekaligus seorang radiolog. Buku terbarunya What He Did in Solitary; Soar; Godsong: A Verse Translation of the Bhagavad Gita. Novel sejarahnya, Soar akan segera terbit di India, demikian pula kumpulan puisi What He Did in Solitary akan segera terbit di Amerika. Puisinya juga muncul dalam kumpulan Best of The Best American Poetry edisi Anniversary ke-25, juga dalam Norton Introduction to Literature, sedang karya prosanya termuat dalam The O Henry Prize Stories 2017 dan The Best American Essays 2018. Ia adalah pemenang pertama Poet Laureate Ohio.

GINA WILLIAMS & GUY GHOUSE

Bahasa kuno, musik kontemporer, vokal menakjubkan dan suara gitar yang jernih. Gina Williams and Guy GHouse menggunakan musik untuk menampilkan bahasa yang langka dan indah: Bahasa Noongar, yang ada di wilayah selatan Australia Barat. Dengan hanya 400 penutur tersisa, karya mereka adalah tentang apa yang menghubungkan.

MANAL YOUNUS

Manal Younus adalah seroang pendongeng Australia berasal dari Eritrea yang meyakini bahwa bahasa dan cerita adalah yang paling mendasar dalam keberadaan kita. Menggunakan karya tulis dan pertunjukannya, Younus menjelajah berbagai aspek kehidupan mulai dari tekad, identitas, keyakinan dan kebenaran. Ia mengutarakan beragam isu termasuk kepemimpinan pemuda, gender dan pemberdayaan perempuan, keyakinan, kegelapan, budaya, bahasa, migrasi, penggusuran, rasisme dan interkulturalisme. Pada 2015, ia merilis buku puisi pertamanya, Reap. Di tahun yang sama ia mendirikan Soul Lounge, sebuah event open mic bulanan yang menjadi pusat saluran suara-suara orang kulit berwarna.

JASMIN KAUR

Jasmin Kaur adalah penulis, ilustrator dan penyair yang tinggal di daerah Sto:lo First Nations (Canada). Disebut sebagai “rising star” oleh majalah Vogue dan “Writer to Watch” oleh CBC Books, ia telah berkeliling dunia dan terhubung dengan generasi muda melalui kekuatan ekspresi artistik. Debut kumpulan puisi dan prosanya, When You Ask Me Where I’m Going, tercantum dalam daftar Goodreads Choice Awards. Novelnya, If  I Tell You The Truth dirilis Januari 2021. Kini ia adalah mahasiswa magister di University of British Columbia program Creative Writing.

Drop The Mic 2020
kiri ke kanan : Jasmin Kaur, Gina Williams, Guy GHouse, Manal Younus, Amit Majmudar

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *