fbpx
Selasa, April 30, 2024
PELUANGWORKSHOP | SEMINAR | DISKUSI

Open Call LOKAKARYA ONLINE – APAF Lab 2020

Sebuah lokakarya online untuk seni pertunjukan selama dua bulan diselenggarakan oleh Tokyo Festival APAF 2020 mulai 20 Agustus sampai 25 Oktober 2020.

Asian Performing Arts Farm (APAF) adalah salah satu program dari Tokyo Festival yang mendukung pengembangan seniman muda. Sasarannnya adalah memberi kesempatan kepada seniman muda di Asia untuk meningkatkan praktik kreatif melalui interaksi mutual, dan memberdayakan mereka untuk memperluas jangkauan di Asia dan seterusnya. Khusus tahun ini (2020) APAF akan diselenggarakan secara ONLINE.

APAF Lab, bagian dari program APAF, adalah sebuah kegiatan camp (loka karya) yang mana para peserta dari berbagai latar belakang negara dan budaya dapat mematangkan fondasi kreatif mereka melalui diskusi dan riset, serta meraih perspektif dari praktik mereka sekaligus masa depan seni pertunjukan. APAF mengundang warga Asia dari kalangan sutradara, koreografer, penulis naskah drama, dramaturg, produser, dan sebagainya yang telah berpengalaman dalam proyek seni pertunjukan untuk mendaftar. Lokakarya ini akan dijalankan dalam bahasa Inggris, pendaftaran gratis. | website APAF2020: https://apaf.tokyo

Tema APAF 2020: Anti-Body Experiment.

APAF 2020 akan diselenggarakan secara online dengan tema “Anti-Body Experiment”. Kita masih belum bisa memprediksi situasi di Asia pada bulan Oktober, tetapi program ini sekaligus bereksperimen dengan melempar gagasan “Tak bisa berkumpul” dan menciptakan kekebalan, dalam kata lain “antibodi”, melawan situasi terkini, dalam rangka mempersiapkan diri untuk kemungkinan serangan wabah lainya di kemudian hari. Tujuan akhirnya bukanlah membuat konten seni pertunjukan online dan kemudian menyajikan karya non fisik (misalnya dengan menyajikan video pertunjukan atau semacamnya), tetapi justru untuk mengolah konten online menjadi pertunjukan dan menjadikannya bentuk fisik (nyata). Kami berharap “mutasi” akan muncul pada jenis seni ini, dan menjadikannya mampu bertahan di masa depan. | Junnosuke Tada, Direktur APAF.

Program ini Diorganisir oleh : Tokyo Festival Executive Committee [Toshima City, Toshima Mirai Cultural Foundation, Festival/Tokyo Executive Committee, Tokyo Metropolitan Foundation for History and  Culture (Tokyo Metropolitan Theatre & Arts Council Tokyo )]

SEKILAS APAF 2020

APAF 2020  Lab adalah sebuah camp (loka karya) dua bulan yang mana peserta memulai dari tema sesuai ketertarikan dan konsen praktik mereka, dan, melalui pertukaran yang bersifat lintas batas, mereka secara bersama memperdalam pemikiran dan terlibat dalam eksperimentasi. Kolaborasi mereka akan dilakukan secara online, selama masa dimana kita tidak dapat berkumpul secara fisik. Selama masa belajar bersama, ruang riset kolaboratif akan dicipta, dengan tiga fasilitator (JK Anicoche, Arsita Iswardhani, dan Riki Takeda) yang akan mendampingi peserta melalui empat “trigger” yang berfungsi sebagai “katalis” bagi langkah dan perspektif baru. Para peserta akan mempresentasikan hasil di akhir kegiatan

Empat Triggers (Kata Pemicu) APAF Lab 2020 :

Isolation(s)
R/Evolution
Prayer: Unseen
Nature/Object

Bagaimana Kegiatan akan dilaksakan

Program  akan dijalankan secara online ​(sarana online seperti Zoom, Slack, dan One Drive akan digunakan sebagai media komunikasi)

  • RISET : dengan tema atau bidang ketertarikan dari praktik sebelumnya sebagai titik pijak, para peserta akan melakukan riset dan kerja lapangan, menggabungkan gagasan dan perspektif baru yang dikembangkan dari kata pemicu. Di samping tema riset pilihan mereka sendiri, peserta juga akan dilibatkan dalam riset dari peserta lainnya.
  • Diskusi : Peserta akan saling bertukar pandangan dan gagasan berdasarkan tema riset, presentasi dari fasilitator dan topik lainnya.
  • Kuliah Umum : Direktur APAF dan tamu lainya akan memberikan kuliah umum bagi para peserta.
  • Presentasi : Masing-masing peserta akan diminta mempresentasikan hasil riset mereka. Presentasi di awal dan tengah program untuk kemudian menuju presentasi hasil akhir.
BACA JUGA:  Dibuka: Hibah Seni Kelola 2019

Catatan :

  • APAF menyarankan kerja lapangan dan aktivitas terkait dari riset harus dilakukan di wilayah yang aman untuk perjalanan dengan mengikuti standar keamanan (kesehatan) setempat.
  • Peserta juga wajib mengikut komunikasi reguler (melalui Slack dsb) pada hari-hari dimana tidak ada aktivitas riset yang terjadwal.
  • Komunikasi antar peserta diharapkan dilakukan dalam bahasa Inggris.
APAF menjalankan Communication Design Director System

APAF telah mengadopsi Communication Design Director System dengan tujuan mengevaluasi dan membahas komunikasi dalam ranah kolaborasi internasional: Bagaimana pendekatan dan interaksi alami yang dijalankan mempengaruhi proyek secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk akhirnya ditawarkan sebagai standar/panduan bagaimana komunikasi mesti dijalankan dalam lingkungan dimana orang-orang berasal dari negara dan budaya yang berbeda.

Bagaimana kita dapat melakukan pendekatan komunikasi dalam lingkup dimana orang-orang dari latar belakang berbeda, dan yang mana Bahasa Inggris adalah bahasa penghubung dan bukan bahasa tutur asli para peserta (yang mana terjadi pada program ini)? Bagaimana kita bisa mencipta ruang pertukaran yang mencakup berbagai kemampuan berbahasa Inggris, gaya komunikasi, nilai dan perspektif, serta memungkinkan suara masing-masing peserta bisa dipahami? Bagi APAF Lab, kami bertujuan memperbarui praktik kolaborasi internasional dengan mempertanyakan aspek mendasar dari apa yang dimaksud dengan komunikasi dalam kegiatan semacam ini| Nobuko Aiso, Direktur Desain Komunikasi APAF

PESAN Fasilitator APAF LAb 2020

JK Anicoche | Philipina

Setelah sebuah pemicu tertentu, orang akan masuk ke tahap mengejutkan dan mungkin membangun suatu imunitas. Dunia, yang senantiasa mengalami pergeseran, tengah dipaksa untuk secara radikal menata kembali sistem yang gagal, menyusun ulang relasi-relasi, dan mengkalibrasi ulang tubuh sembari bergerak ke fase evolusi berikutnya. Kita dibiarkan sendirian untuk merenung dalam keterpencilan di ruang kita, terisolasi tapi sekaligus tak pernah tidak terhubung. Seniman menggambarkan masa khusus ini seperti portal, atau bahtera yang memungkinkan kita berpindah dari sebuah kondisi ke kondisi lainnya. Untuk memanfaatkan apa yang tersisa dari lembaga kita untuk menyelidiki dan, mudah-mudahan, menciptakan kembali kondisi untuk keberadaan manusia yang lebih layak huni, seniman harus berkumpul, terus menciptakan, dan bertukar kemungkinan kebersamaan jarak jauh. Bisakah kita menemukan dan meraih, dalam pertunjukan dan dalam laboratorium, apa yang esensial untuk hidup dan berbagi keberadaan? Pertama, kita akan berkumpul. Kemudian, kita mulai.

Jk AnicocheJK Anicoche adalah pembuat pertunjukan berbasis di Manila, bekerja dalam perlintasan seni, budaya dan pembangunan. Praktiknya membentang mulai dari membuat pertunjukan di blackbox hingga merancang karya bersama berbagai komunitas. Ia adalah direktur artistik dari laboratori budaya kontemporer Sipat Lawin Inc, anggota pendiri kolektif anti-disipliner Komunidad X, dan direktur festival Karnabal: Performance and Social Innovation. Aksi teranyarnya telah membawanya ke New York, Taiwan, Shanghai, dan Jepang dimana ia mempresentasikan proyek Sand (a)isles  di Festival/Tokyo 2019.

BACA JUGA:  Pendaftaran The CURATORS ACADEMY Singapura
Arsita Iswardhani | Indonesia

Dalam situasi pandemik ini, kita telah diminta untuk melakukan physical distancing, yang telah menuntun kita pada peningkatan kesadaran alam dan lingkungan sosial. Seolah-olah kita telah diminta untuk berrefleksi, menimbang ulang, berpikir ulang, dan menyusun ulang kehidupan dan cara kita menjalani hidup.
Saya selalu yakin bahwa berkarya seni adalah kerja (re)produksi pengetahuan dan bahwa (penampilan) seni akan bertahan dengan jejaring dan jaringan. Seniman harus saling memberi kekuatan melalui jejaring yang mereka bangun dan berbagi proses pencarian pengetahuan melalui karya seni.
Melalui APAF Lab dan keempat kata pemicu, saya berharap kita akan melakukan perjalanan bersama untuk merangsang dan memformulasi pertanyaan lebih dalam tentang siapa kita, harus menjadi manusia macam apakah, seniman yang seperti apa, dan karya bagaimana yang mesti kita ciptakan sebagai buntut situasi pandemik yang mana, nyatanya, telah menjadi siklus sejarah semesta kita.

Arsita IswardhaniArsita Iswardhani adalah seorang aktor dan pembuat pertunjukan, yang mengeksplorasi metode pembuatan pertunjukan melalui berbagai pendekatan lintas disiplin dan lintas budaya. Ia mempelajari seni bela diri, tarian Jawa, metode Suzuki, dan etnografi sebagai jalan menyusun pertunjukan. Arsita telah menampilkan karya solonya di festival baik nasional maupun internasional, sekaligus berpartisipasi dalam proyek kolaborasi teater Inter-Asia Multitude of Peer Gynts (2018-), yang mana ia bergabung sejak 2019. Ia adalah anggota Teater Garasi/Garasi Performance Institute, sebuah kolektif pertunjukan multi disipliner di Yogyakarta, yang mengeksplor dan merancang kemungkinan-kemungkinan dalam seni pertunjukan sebagai jalur pendekatan pada isu-isu personal maupun sosial. Arsita Iswardhani adalah peserta APAF Lab 2019.

Riki Takeda | Jepang

Bagaimana kita melawan keadaan terkini, akibat dari pandemik coronavirus, dan bagaimana kita menjalani kehidupan ke depan? Beberapa menggambarkan keadaan ini sebagai new normal, tapi apa sebenarnya arti dari new normal ini dalam praktik hidup sehari-hari? Empat hal kata pemicu dari APAF Lab adalah kata kunci untuk membantu kita menyusun penerawangan atas ketidakmenentuan masa yang akan datang. Bidik, dan pada saat yang tepat, tarik pemicunya. Mungkin saja kamu meleset, tapi hasil akhir selalu didahului oleh keberanian, menarik pelatuk, dan langkah yang kamu ambil pasti berpengaruh pada sekitarmu. Saya akan mengumpulkan kemungkinan-kemungkinan yang muncul untuk diskusi, sehingga bersama-sama kita akan serius memikirkan masa yang akan datang. Jadi, saya mendorong kalian untuk menarik pelatuk, pantang mundur.

Riki TakedaRiki Takeda adalah sutradara teater dan pengarsip folk arts. Ia bergabung dengan kelompok teater Chelfitsch sebagai aktor dan berpentas kemana-mana di Eropa dan Amerika Serikat bersama kelompoknya. Setelah gempa dan tsunami Tohoku 2011, ia memulai karir sebagai sutradara. Takeda mengajak penonton melihat masa kontemporer kita dengan cara main-main ceria: masalah keseharian dari materi karya-karyanya, seperti misalnya ditegur oleh polisi, makanan jajanan jepang (takoyaki), dan buku pelajaran SD. Ia juga terlibat dalam pengembangan dan pelestarian kesenian rakyat di wilayah pedesaan Jepang yang penduduknya mulai berkurang. Aktivitas terkininya termasuk mencipta dan mempresentasikan karya di Metro Manila dan Shanghai, juga mengelola sebuah art space di Wuhan, Tiongkok. Takeda adalah peserta Yokohama Arts Foundation Creative Children Fellow pada 2016 dan 2017, juga peserta Japan Foundation Asia Center Fellow pada 2019.

BACA JUGA:  OPEN CALL : RESIDENSI SENIMAN INDONESIA ke LONDON

KETENTUAN PESERTA

  • Tidak ada biaya pendaftaran
  • Dukungan: Peserta akan menerima dana hingga 100.000 Yen (dipotong biaya transfer, pajak dan biaya lainnya) untuk menyiapkan sarana wi-fi dan lainnya yang diperlukan peserta, sekaligus biaya riset, material, biaya produksi dan sebagainya untuk presentasi akhir. Penerjemah Jepang-Inggris akan disediakan pada presentasi tengah dan akhir.
Peserta harus memenuhi keenam syarat berikut :
  1. Berdomisili di Asia
  2. Memegang peran kunci dalam aspek kreatif pada karya produksi pertunjukan atau project yang dikerjakan sebelumnya.
  3. Berusia maksimal 35 tahun
  4. Mengikuti keseluruhan kegiatan/pertemuan yang diagendakan
  5. Memiliki sarana online sebagai berikut :
    • Koneksi internet yang aman
    • Koneksi internet yang kuat yang mendukung group video call, streaming video, download file besar, dan sebagainya
    • Gadget yang bukan kaleng-kaleng untuk kelancaran menggunakan aplikasi seperti Zoom, Slack, One Drive dsb (aplikasi yang digunakan mungkin bervariasi tergantung pada situasi dan kondisi).
    • Tidak disarankan untuk hanya mengandalkan Smartphone sebagai satu-satunya gadget untuk komunikasi tersebut (pakai juga laptop ya gaess).
  1. Peserta diharapkan memiliki sikap dan ketertarikan sebagai berikut :
    • Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi aktif dalam bahasa Inggris
    • Termotivasi untuk berkomunikasi dengan orang lain dari latar belakang dan pandangan yang berbeda, dan meraih perspektif baru.
    • Tertarik mengeksplor dan mempraktikkan strategi komunikasi dalam setting kolaborasi internasional.
    • Berminat untuk melanjutkan aktivitas internasional dalam seni pertunjukan pasca mengikuti APAF.
  • Jumlah peserta yang diterima : sekitar 10 orang dari Asia

PENDAFTARAN dan Jadwal Kegiatan

Seleksi
  • Periode pendaftaran :  2 Juni 2020 – 4 Juli 2020 jam 11.59 p.m. JST (21:59 WIB)
  • Seleksi awal (seleksi berkas pendaftaran) : Diumumkan 27 Juli 2020 by email
  • Seleksi akhir (Interview online) : 28 Juli – 4 Agustus 2020
  • Pengumuman Seleksi Akhir : 11 Agustus 2020 by email
Jadwal Kegiatan
  • Fase Pertama : Pertemuan mingguan setiap Kamis – 20 & 27 Agustus, 3 & 10 September
  • Presentasi Pertengahan : Kamis, 17 September
  • Fase Kedua : Pertemuan tiap Senin dan Kamis – 24 & 29 September, 1,5,8,12,15,19 & 22 Oktober
  • Presentasi akhir : Jumat, 23 Oktober (rehearsal), Minggu 25 Oktober (Presentasi)

CARA MENDAFTAR

Mengisi form online di link berikut :

https://form.run/@apaf2020lab

DEADLINE : 4 Juli 2020 21:59 WIB

Selamat mencoba. Gutlak!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *