Deskripsi
Keempat lakon dalam buku ini bukan hanya hadir sebagai ungkapan kegelisahan, melainkan—yang paling penting—juga sebagai sebuah manifesto penulis mengenai posisi dan perannya dalam peta sosial dan teater Indonesia kini. Keduanya dilakukan oleh penulis dengan berangkat dari biografinya sendiri, terutama sebagai perempuan dan keturunan Tionghoa. Hal-hal yang dicatat Melani Budianta dan Jony Eko Yulianto dalam pengantar dan penutup buku ini dengan lebih detail menguraikan bagaimana ungkapan kegelisahan dan manifesto itu dirajut oleh penulis melalui berbagai modus.
Latest posts by Redaktur (see all)
- Memoar Lengger Narsih, Menjelajahi Laku Hidup Penari Tradisi - 10 Oktober 2025
- BETAPA HIDUP MEMANGLAH PANGGUNG PEPERANGAN: Sebuah Catatan Menjelang Pementasan Teater Sandilara Di Surakarta - 30 September 2025
- Mengintip Keretakan Dunia dalam Pertunjukan Teater Boneka “Unknown Territory” - 8 Agustus 2025






