fbpx
Kamis, April 25, 2024
BERITA

Teater Kaliopak mementaskan “Memedi Sawah” di Festival Teater Bantul 2018

Teater diniliai menjadi bagian penting dalam upaya membangun keharmonisan akal budi melalui pendidikan kultural sebuah pondok pesantren. Meskipun hal ini bukan pandangan umum sebagian besar pondok pesantren, namun melihat nilai dan fungsi yang ada dalam teatar maka penggunaan teater sebagai ruang berkreasi sekaligus ekspresi menjadi sebuah pilihan alternatif untuk menjalankan tugasnya merawat tradisi lama yang baik, dan menerima hal-hal baru yang lebih baik. Disitulah teater diharapkan tidak hanya semata menjadi “tontonan” namun juga dapat menjadi “tuntunan” yang membawa nilai-nilai kultural pesantren dalam pertunjukan teater.

Bertepatan dengan diadakanya Festival Teater Bantul 2018 untuk kedua kalinya oleh Dinas Kebudayaan kabupaten Bantul, Teater Kaliopak mendapat kesempatan untuk mewakili kecamatan Piyungan. Seperti tahun yang lalu, kegiatan ini didukung oleh Paguyuban Teater Bantul untuk membantu menggiring masyarakat Bantul dalam laku kreatifitas dalam seni teater. Festival Teater Bantul 2018 diikuti oleh 17 kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul dan akan dilaksanakan pada tanggal 8 hingga 9 Desember 2018 di Gedung Auditorium Teater ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis KM 6,5.

image001 | Teater Kaliopak mementaskan “Memedi Sawah” di Festival Teater Bantul 2018
Tim Kreatif “Memedi Sawah” oleh Teater Kaliopak. Foto : Zahid Asmara

Dalam kesempatan tersebut Teater Kaliopak mengusung sebuah ide tentang “SAWAH” sebagai ruang hidup yang sangat penting bagi manusia. Sawah sebagai area pertanian menjadi kebutuhan yang sangat mendesak dewasa ini. Sawah merupakan bagian penting dari kelangsungan hidup manusia. Situasi tanah kita menentukan nasib benteng pertahanan pangan masyarakat, kelangsungan hidup sebuah bangsa. Sebagai anak, tentu kita menyadari sebagai pewaris dari keluhuran tanah, yang harus kita jaga, kita muliakan, untuk masa depan yang kita siapakan, mulai hari ini.

Memedi sawah menjadi ekspresi petani dalam memuliakan tanahnya, untuk hasil bumi yang diberkahi semesta. Tentu, doa dan kesetiaan membekali laku petani dalam setiap aktivitasnya. Begitu juga dengan Memedi Sawah, kesetiaan untuk menjaga tanah dilandasi dengan cinta, menjadi wujud doa masyarakat.

BACA JUGA:  Ruang Temu, Upaya Eka Wahyuni Mewarnai Pertumbuhan Seni Pertunjukan

Jika peradaban manusia merupakan sebuah laku perjalanan semesta, apakah kita sebagai anak akan selalu setia menjaga tanah, atau justru akan mengingkarinya. Apa jadinya jika Memedi Sawah dengan niat menjaga tanah, justru akan mengingkari keluhuran tanah itu sendiri. Bagaimana jadinya, jika doa yang tertanam pada wujud Memedi Sawah akan menggungurkan niatnya sendiri. Menjelma menjadi serangkaian kebijakan-kebijakan kontemporer yang dianggap sebagai kemajuan sebuah masyarakat. Sebagai anak, kita perlu mengkoreksi batin apakah masih ada niat untuk menjaga tanah, atau justru jiwa-jiwa kita telah merasuk kedalam wujud memedi sawah yang sedang dalam perjalanan mengingkari keluhuran tanah, keluhuran kasih sayang ibu kita.

image003 | Teater Kaliopak mementaskan “Memedi Sawah” di Festival Teater Bantul 2018
Poster pementasan “Memedi Sawah”. Desain oleh Sony Prasetyotomo

Pada produksi kali ini, Kyai Jadul Maula sebagai penggagas ide sekaligus menjadi pengasuh dari Teater Kaliopak yang menjadi bagian dari Pondok Pesantren Kaliopak. Misbachul Munir sebagai santri dari pondok pesantren kaliopak menjadi pimpinan produksi dan Mathori Brilyan menjadi sutradara dalam produksi ini. Kita menyadari, bahwa proses menciptakan sebuah peristiwa teater merupakan sebuah perjalanan spiritual diri untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih harmonis. Pada kesempatan kali ini, Teater Kaliopak menata niat bersama akan mengabarkan sebuah kabar baik melalui sepenggal peristiwa teater berdurasi 30 menit. Teater Kaliopak akan mementaskan “Memedi Sawah”pada tanggal 8 Desember 2018 pukul 18.30 WIB. Mari bersama, bertemu menyatu dalam doa teater “semesta” kita.

Jika tanah adalah ibumu, semesta anak-anak yang dilahirkan, kasih sayang menyelimuti jalan hidupnya. Kelahiran dan Kematian adalah perjalanan yang akan dialami anak-anakmu. Begitu juga pernikahan, doa masa depan yang kau tanamkan pada setiap nafas semesta.

 

Kaliopak, Desember 2018

BACA JUGA:  Tukang Obat dalam Bingkai Gawai : Catatan dari Monolog Tukang Obat oleh Kahfi Nur Asror.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *